
Gemuruh di belakang rusukku mengawal kagum
Kau malah tersenyum
Menelungkup indah kau mengerjapkan warna
Aku makin terpana
Bayu menggelepar, lazuardi meratap
Demi indahmu yang bahkan tak tetap
Oh aku insan fana tak patut mencintai
Cintai senyummu yang jauh di kaki mimpi
Meski kumembubung dan menawarkan cintaku
Kepingan emas di selingkaranmu hanya akan menertawakanku
Aku sadar engkau maya
Tapi apa cinta kenal rupa?
Aku paham aku papa
Tapi apa cinta kenal harta?
Aku tahu kau terlalu indah
Tapi apa cinta tak lebih megah?
Biar kau menari dan aku tetap sendiri
Biar kau terlukis dan aku tetap meringis
Satu yang kau harus mengerti
Cinta dan kekagumanku padamu tak kan berhenti
Pepasir di kakiku berbisik, gebyar samudera di depanku berisik
Melatari orkestra pesonaku padamu, wahai Sang Cantik
Tungkop, 14 Agustus 2008, ba'da subuh,
pelengkap kisah sekeping hati di dunia seberang
No comments:
Post a Comment