Kau menari bersama pinus lain dan tertawa
Aku menggapai udara hendak memandang pucukmu berdendang
Temani para anak Adam yang hendak pulang kampung
Dari Kutaraja nun menghilang dalam pandang kita
Dari Seulawah Inong aku memperhatikanmu
Kau tegak dalam goda udara yang berlari
Rapat dengan para pinus itu bikinku iri
Megah
Aku mendesah
Dari Seulawah Inong aku melihat
Tumpah binar purnama atasmu dan para pinus
Sementara kabut menyelinap lamat-lamat
Pekat di selajur Seulimeum mendaki
Lalu berhenti di Laweung
Dari Seulawah Inong
Ah, kau gempita bersama pinus bersama
Kerjap kasih sayang di pinggir jalan
Hijau menjulang
Rapat dengan para pinus itu bikinku ingin bersama
Beberapa waktu berlalu
Dan kau yang di Seulawah Agam sana
Membuatku berteriak pada Tuhan
Kulihat beberapa anak Adam datang malam
Lalu penggal dan bakar satu-satu pelan-pelan
Kau, belukar, pinus
Kau yang di Seulawah Agam sana
Gidik cekam tubuhku melihatmu meronta
Tapi anak-anak Adam durhaka itu tetap penggal dan bakar sambil merokok dan tertawa
Aku geram
Aku berteriak pada Tuhan
Kau yang di Seulawah Agam sana
Hijau menjulang
Sejuk hari-hari kausulam
Kini tenggelam
Dalam debu arang yang buatku makin berteriak pada Tuhan
Tuhan Maha Adil, kau dengar itu anak Adam!
Tuhan balas sesuai buat-buat yang ada, camkan itu anak Adam!
Kaurenggut pinus-pinusku di Seulawah Agam sana
Aku kecewa, kaudengar ini, aku kecewa!
Ya, ilalang sepertiku juga bisa berdoa, tunggu saja Tuhan nanti menjawabnya!
Lamkeunung, 7 Januari 2010, 23:54 PM

No comments:
Post a Comment