“Ramadan tiba,
Ramadan tiba. Marhaban ya Ramadan, marhaban ya Ramadan!”
-
Opick
Muslim mana tak riang hatinya ketika Ramadan tiba? Dengan berbukit-bukit
keutamaan beribadah selama Ramadan dan suasana-suasana tertentu yang hanya bisa
ditemui selama sebulan, rasanya secara jamak masyarakat muslim sedunia akan
sumringah tanpa ragu. Tak ketinggalan muslim di Aceh yang tentu saja, jumlahnya
adalah mayoritas sehingga ada banyak tradisi dan adat-istiadat yang berhubungan
dengan Ramadan ini. Saya tak akan bahas tentang bid’ah dsb di sini ya. Itu silakan
dengan yang lebih ahli. Yang jelas, saya penganut salah satu kaidah ushul fiqh
di mana ‘uruf (adat) tertentu, selama tidak keluar dari koridor yang ada dalam
agama, boleh dilangsungkan. Termasuk ke salah satu adat di Aceh menjelang
Ramadan adalah Meugang atau Makmeugang atau Muegang atau Makmuegang, tergantung
anda orang Aceh dengan lidah dari daerah mana. Di sini, saya akan menggunakan
istilah yang digunakan oleh berbagai media nasional dalam memberitakan tentang
adat ini di judul-judul beritanya; Meugang.
Apa itu Meugang? Silakan klik link-link di bawah ini.
Dan silakan lanjut Google sendiri jika ingin tahu lebih jauh
lagi tentang Meugang itu apa. Tapi dari link-link di atas, saya rasa sudah cukup
jelas bahwa Meugang ini identik dengan konsumsi daging merah berupa sapi atau
kerbau dalam rangka menyambut Ramadan. Meskipun konsumsi daging ayam, bebek dan
lain-lain juga kadang dijadikan tambahan, daging sapi adalah pahlawannya hari
Meugang. Dengan olahan dalam berbagai cara, hari Meugang adalah hari di mana
sekeluarga biasanya akan berkumpul dan makan bersama. Tak perlu diragu
bagaimana makanan Aceh itu kaya akan rempah-rempah. Kegurihan masakannya
terutama olahan dagingnya merupakan
bintang di hati banyak orang, dan tak ketinggalan, orang Aceh sendiri.
Pertanyaannya adalah, adakah hal-hal yang perlu diperhatikan
selama Meugang begini? Biasanya, daging yang dimasak sehari menjelang Ramadan
ini tak akan habis sekali santap dalam sehari, melainkan akan jadi menu sahur
dan berbuka selama beberapa hari ke depan.
Dulu, di abad ke-14 saat pertama kali Meugang muncul
berbarengan dengan penyebaran Islam di Aceh, prevalensi kolesterol mungkin
masih rendah, ya? Belum ada internet, sehingga orang tahan berjam-jam online
tanpa olahraga. Belum ada sepeda motor atau mobil, sehingga orang masih sering
jalan kaki ke mana-mana. Belum ada kedai kopi ber-wifi sehingga orang tak bisa
main Facebook dari pagi ke pagi lagi sehingga lupa atau tak tahu arah jalan
pulang.
Tapi ini 2014, brosis! Prevalensi penyakit jantung untuk
Indonesia, Aceh adalah nomor satu. Kebiasaan warganya yang tinggi perihal minum
kopi dan merokok (apalagi ini, huh!) ditambah lagi kebiasaan tidak sehat berupa
kurangnya olahraga atau exercise menjadi faktor risiko utama terjadinya
penyakit jantung koroner. Di puskesmas tempat saya sekarang sedang belajar saja, stok obat simvastatin (untuk hiperkolesterolemia saja habis lho!) Jangan heran, inilah juga salah satu alasan mengapa di
Aceh akhirnya didirikan fasilitas bedah hybrid jantung tercanggih di Indonesia. Parah pokoknya. Buktinya klik link di bawah ini :
Lalu, Meugang, bagaimana?
Ya memang ini Cuma sekali setahun, tapi bersikap
moderate-lah. Jangan sampai ada pesta kolesterol kecil-kecilan di sirkulasi
darah kita. Berikut tips-tipis agar Meugang tetap jalan dan kolesterol tidak
pesta, terutama jika kita memang tahu bahwa kita memiliki kondisi
hiperkolesterolemia.
1.
Pahami makna Meugang
Jangan cuma ingat daging dan masakannya. Ingat
lagi kenapa dulu Meugang ini muncul. Resapi lagi makna Ramadan di depan mata
kita. Google lagi sejarahnya Meugang. Diskusikan dengan keluarga nilai-nilai
kebaikan dalam Meugang. Jadikan ajang silaturahim dengan keluarga. Jadi jangan
makan sendiri-sendiri. Justru, baik sempat beli daging atau tidak,
ngumpul-ngumpul dan saling mengingatkan akan target-target ibadah selama
Ramadan misalnya, itu jauh lebih penting.
2.
Makannya jangan berlebihan.
Mau nyambut Ramadan sebab rindu Ramadan,
kan? Dalam Ramadan kan kita dituntut untuk menguasai hawa nafsu. Ya kalau makan
dagingnya kaya orang kesurupan, di mana dong nilai sacral menyambut
Ramadan-nya? Jadikan Meugang sebagai pengingat bahwa menyambut Ramadan itu butuh
bahagia yang tak hanya diukur dengan isi perut, tapi juga isi hati dan pikiran.
Balik ke poin nomor satu sih.
3.
Bagi-bagi ke orang lain yang membutuhkan,
terutama jomblo, anak kost, fakir miskin, dll.
Betapa tiap Meugang, update status atau
twit orang-orang kadang bisa sedih-sedih sekali. Yang pengen rendang tapi tak
ada yang masakkan lah. Yang pengen sop daging tapi sedang jaga di rumah
sakitlah (pengalaman hihi). Yang Meugang tapi masih juga jomblo lah. Dan lain-lain.
Nah, agar tak berlebihan makan sendirian, berbagilah kepada mereka!
4.
Siapkan “peredam” kolesterol anda
Kalau memang dari awal tahu kolesterolnya
tinggi, ya sedia minimal simvastatin kek. Makannya juga jangan full daging. Sayur-mayur
serta buah-buahan juag dikonsumsi dong. Dan masih banyak tips nurunin kolesterol
lain, silakan cari di Google.
5.
Paling penting, ketahuilah kondisi diri sendiri
Medical check up, pernah? Jangan tiba-tiba
saja sudah serangan jantung tanpa pernah tahu sudah lama kolesterol pesta di
dalam darah kita. Terutama Meugang begini, seingat saya ada saja kasus yang
masuk ke IGD. Sedia hasil medical check up sebelum sakit. Ukur lingkar perut. Kontrol
berat badan. Jangan sampai kalau mau ruku’,sudah tak bisa lagi membentuk sudut
90o sebab terlalu banyak lemak yang menutup “six pack” di bagian
depan perut.
Baiklah. Jadi, selamat menjalani tradisi Meugang tanpa
membiarkan kolesterol pesta di darah kita, ya! Kalau sehat, yang senang kan
kita juga, jadi ibadahnya lancar tanpa sakit. Karena bukanlah Allah lebih
senang muslim yang kuat fisiknya? Ramadan kareem! ;)
Lamkeuneung, Meugang Ramadan 1435 H (28 Juni 2014)