Jepretan personal seorang rekan dokter muda yang turut hadir. |
Ahad (13 Juli 2014) lalu saya berkesempatan membacakan sebuah puisi dengan judul "Puisi Tentang Sebuah Negeri" di aksi penggalangan dana untuk Palestina yang diselenggarakan oleh Komite Nasional untuk Rakyat Palestina Aceh. Masih terngiang di kepala, bagaimana dikatakan oleh pembawa acara, ustadz Farid Nyak Umar bahwa ada seorang warga Banda Aceh yang memberikan donasi 5 juta rupiah sebagai tanda penghormatan terhadap puisi yang dibacakan. Alhamdulillah, semoga kebaikan terus menjalar dan menjadi kebaikan lainnya.
Dan terima kasih kepada cut kak Helvy Tiana Rosa sudah menjadi inspirasi dalam membaca puisi sebagai bagian dari mendemonstrasikan isi pikiran dan perasaan.
Perlu diketahui bahwa rekaman puisi ini baru dimulai di bait ketiga, dan ini pun saya dapatkan dari teman saya (terima kasih Khairun Amala, Allahu yubarik fik insya Allah!) yang secara spontan (tanpa saya minta) segera merekam setelah katanya sejenak "terhenyak". Dan ada beberapa kalimat dalam puisi ini yang "terimprovisasi" namun masih sesuai konteks dalam larik-larik yang ada. Termasuk, bait terakhir tak terbaca lagi sebab saya sudah kadung dikuasai emosi, maaf ya. Setelah menonton video ini, semoga kita makin terketuk untuk berdoa dan berdonasi ya. Untuk list nomor rekening donasi untuk Gaza yang bisa digunakan beserta lembaganya, klik link ini :https://www.facebook.com/nuril.annissa/posts/10203275773628746?notif_t=like
--------------------------------------
Puisi Tentang Sebuah Negeri
Oleh : Nuril Annissa (13 Juli 2014 01:17 WIB)
Ini tentang negeri yang rakyatnya pantang mengemis
Ini tentang rakyat yang anak-anaknya pantang meringis
Adalah ia sebuah negeri
Yang akarnya tumbuh dalam hati kita
Yang getarnya gelayuti tiap sendi dan urat kita
Yang labuhnya membuai rindu akan sujud di tanahnya
Yang membuat kita mengirim doa
Yang membuat kita menumpahkan air mata
Yang membuat kita lupa akan siapa sebenarnya digdaya
Yang membuat kita merasa bukan siapa-siapa
Yang menampar iman kerdil tepat di ulu hatinya
Negeri yang membara
Negeri yang tetap tertawa meski langitnya koyak oleh nestapa
Negeri yang bersuara
Negeri yang tak pernah kurang cinta
Negeri yang mengajarkan kita makna membela bangsa
Negeri yang pemudanya menulis nama di tangannya agar tak sulit dicari jika sudah tiada
Negeri yang menanami bekas granat dengan tumbuh-tumbuhan
Negeri yang tetap terdengar azan meski bersahut-sahut rudal di atasnya
Negeri yang tetap belajar meski listrik lama tak masuk ke dalamnya
Negeri yang justru paling ramai cendekia-cendekia segala jenis sarjana
Negeri yang senjatanya batu dan perisai bernama rindu akan kesyahidan
Negeri yang anak-anaknya masyuk dengan kalam-kalam Tuhan
Negeri yang kirim uang untuk bencana nusantara sementara ia kekurangan makanan
Negeri yang kaum ibunya mengirim anaknya berjuang tanpa tangisan
Negeri yang gadis-gadisnya tak cengeng ala telenovela
Negeri yang bangunannya hancur lagi, bangun lagi, hancur lagi
Negeri yang nabi-nabi pernah bersemayam di atasnya
Negeri yang masjidnya kiblat pertama kita
Gaza
Palestina
Al aqsha
Sedarah kita
Sejantung kita
Gaza
Palestina
Al aqsha
Semoga bukan kali ini pertama kali kau tahu tentangnya
No comments:
Post a Comment