BERIKUT HINGGA BEBERAPA ENTRIES MENDATANG, SAYA BAKAL ARSIP TULISAN MICROBLOGGING DI INSTAGRAM SAYA YANG UDAH SETAHUNAN LEBIH YANG LALU, MAAF NYEPAM. 😁
-----
Setahun lebih yang lalu..
Oke, kita mulai #SharingPerlengkapanASIXnyaBilal dengan postingan ini, bismillah! Oh ya, "ASIX" maksudnya Air Susu Ibu eXclusive selama 6 bulan yow! Per postingan ini, Bilal sendiri sudah jalan 5 bulan 18 hari alhamdulillah. Sebentar lagi akan boleh ada makanan lain yang menjadi sumber nutrisinya. Hiks, selesai sudah "masa-masa posesif dan monopoli ketersediaan makanan" Bilal. *dasar mak-mak baperan*
-----
Setahun lebih yang lalu..
Oke, kita mulai #SharingPerlengkapanASIXnyaBilal dengan postingan ini, bismillah! Oh ya, "ASIX" maksudnya Air Susu Ibu eXclusive selama 6 bulan yow! Per postingan ini, Bilal sendiri sudah jalan 5 bulan 18 hari alhamdulillah. Sebentar lagi akan boleh ada makanan lain yang menjadi sumber nutrisinya. Hiks, selesai sudah "masa-masa posesif dan monopoli ketersediaan makanan" Bilal. *dasar mak-mak baperan*
Nomor satu, kita harus paham bahwa "rukun
menyusui" itu sebenarnya cuma ada 3, ga ribet sama sekali:
1. Yang menyusui
2. Yang disusui
3. Air susu yang diberikan
Nah, pertama, yang menyusui. Ideal dan fitrahnya, seorang
ibulah yang harus menyusui anaknya. Namun jika sang ibu tidak dalam keadaan
bisa menyusui anaknya (entah langsung meninggal setelah melahirkan, kelainan
mental/jiwa yang tidak membuatnya capable mengasuh bayi, dsb), maka bisa saja
ibu anak lain menyusui anak tersebut; namanya ibu susu atau sepersusuan. Bagi
yang muslim, ingat kisah Halimatussa'diah kan? Yup, ibu susunya Rasulullah saw.
Yang kedua, yang disusui. Nah, jangan salah, ASI alias Air
Susu Ibu milik kita pun bisa diberikan kepada anak orang lain atas kesepakatan;
nama bekennya ASI donor. Kenapa harus atas kesepakatan? Sebab pada derajat
tertentu jika sudah beberapa kali ASI donor diberikan (baik secara langsung
atau melalui media seperti botol dsb), secara agama Islam misanya, akan ada
konsekuensi menjadi mahram sebab dasar sepersusuan.
Yang ketiga cukup jelas ya.
Hirarki mengenai air susu buat
bayi, kata para ahli di bidangnya, adalah:
1. ASI yang, maaf, dinenenin langsung
2. ASI perahan atau ASIP.
3. ASI donor yang dipasteurisasi
4. ASI donor langsung
5. Susu formula atau Sufor
Saya selalu berusaha tidak menjadi "NAZI"-nya
dunia per-ASI-an. Kenapa? Kadang memang tidak semua orang punya kondisi
sesuportif yang ideal; entah suami dan keluarga yang mendukung, keadaan medis
kurang menguntungkan pasca melahirkan, ilmu yang tidak sampai padanya (sebab
tinggal di antah-berantah misalnya) dsb. I mean, be in their shoes and then
judge them; bukan sebaliknya. Saya pribadi sih pegang prinsip " please
judge, I care not" . Cuma, ya, belajarlah banyak-banyak
sebelum panik menyerang. J
Bilal sendiri lahir di hari-hari awal masuk bulan kesembilan
kehamilan. Saya mengalami Pre Eklamsia Berat. Tensi saya naik pelan-pelan di
bulan ketujuh kehamilan, mulai dari 120 mmHg, 130 mmHg, 140 mmHg sampai pernah
160 mmHg.
Sempat mengira cuma karena kelelahan, maklum, selama hamil
saya sempat sebulan pertama kehamilan di Puskesmas Samadua, 4 bulan di IGD dan
sisanya di instalasi rawat inap RS Yuliddin Away, Tapaktuan, Aceh Selatan.
Selama di IGD saya sempat mengalami dua kali perdarahan tapi sedikit. Pernah
istirahat minta izin ga jaga IGD 3 hari. Nah, kirain tensi yang naik terus itu
cuma karena cape jaga. Makanya ga merasa ini adalah kelainan. Dokter tapi bebal
ya gini, heuheu, jangan ditiru.
Sampai akhirnya saya mulai membengkak sembab dan mata terasa
menyipit ekstra sebab kelopak mata kaya baru bangun tidur sembab gitu..tapi
seharian! Lalu saya cek protein total di lab RS, dan lebih tinggi dari normal.
Singkat cerita saya mulai nyadar dan kontrol ke dokter obsgyn di Tapaktuan,
juga diberi wanti-wanti yang sama dengan dugaan saya; eklamsia.
Maka tanpa berani meriksa urin (sebab uda feeling bakal
positif heuheu) saya minta dijemput keluarga lebih cepat dari rencana. Minggu
saya tiba di rumah, Selasa malam saya kontrol ke dokter obsgyn di Banda Aceh,
Rabu pagi saya sudah SC cyto. Di meja operasi, kata sang dokter, tensi saya
bahkan mencapai sistolik 190-200 mmHg. Allahumma, mual selama dicaesar itu luar
biasa.
Lalu Bilal pun dikeluarkan dari perut saya, tapi tak ada
suara tangisan. Panik. Bilal dilarikan keluar kamar operasi oleh dokter anak.
Saat-saat seperti itu saya benci tahu apa artinya itu. Bilal mengalami
asfiksia. Bilal mungkin tidak bisa rawat bersama dengan saya. Apa Bilal
mengalami inkompatibilitas, mengingat saya bergoldar O sementara suami A. Saya
ingat hangatnya air mata yang membasahi pinggir mata. Cuma bisa pasrah &
doa.
Selang 15 menitan sayup-sayup suara bayi menangis di
kejauhan pun terdengar. Namun pupuslah sudah keinginan untuk IMD alias Inisiasi
Menyusu Dini. Beratnya 2 kilo, sesekali masih sesak. Tak bisa jauh dari
observasi dulu. Maka Bilal lahir tanpa melalui prosedur ideal yang selalu saya
pahami semasa pendidikan menjadi dokter. Tak ada IMD alias Inisiasi Menyusu
Dini. Tak ada rawat gabung alias rooming in. Tak ada percobaan menyusui
langsung.
Bilal harus masuk NICU level 2 dan ditempatkan dalam
inkubator. Harus menggunakan selang oksigen, selang OGT, infus terpasang. Dan
saya hanya bisa mendengar tentang kondisinya dari bang @zulhadisahputra yang
bolak balik ke NICU sebab saya masih belum mobile pasca operasi sampai 2 hari.
Makin trenyuhlah. PEB saya pun belum mau berdamai, tensi
saya bertahan di sistolik 150 mmHg. Terapi MgSO4 saya masih lanjut. Allahumma,
panas sekali rasanya, haus dan berkeringat bertambah-tambah.
Di tengah-tengah menahan panas terapi PEB, saya teringat
Bilal belum mendapat ASI saya. Sebab semua tiba-tiba, saya belum sempat beli
pompa ASI, saya belum menguasai teknik pijat payudara dan
"teknik-teknik" mengundang hadirnya ASI sebelum bisa menyusui Bilal
langsung (Hiks, maafkan Ummi belum terdukASI dengan baik saat itu, ya Nak).
Alhamdulillah, selain suami, anggota keluarga lain tak kalah dukungannya. Saya
bersyukur pada Allah telah dikaruniai Mamak yang bisa memijat payudara sampai
ASI saya keluar. Juga adik-adik tersayang @dianisrawati, @zuhrasrimulyani dan
@raudhatuljannah_zulfadli yang bergantian ke rumah sakit, termasuk adikiparanda
@marlisarahmi yang sampai menginap dan bantu piket kipas-kipas. Termasuk
support nun jauh dari Sydney from beloved Kak Rosaria Indah yang terus kept in
touch by phone with us.
Nah, masalahnya ASI saya baru keluar setelah saya pulang
setelah 3 hari dari RS sementara Bilal masih harus dirawat di NICU sebab masih
sesak sesekali plus kuning karena curiga inkompatibilitas. Ya. Golongan
darahnya A sementara saya O (silakan gugel apa itu ya inkompatibilitas ABO).
Padahal dari hari ke-2 pihak NICU sudah meminta ASI. Saya makin panik, belum
keluar, dan makin ga keluar sebab kecemasan tiada tara.
Lalu sempat "kalah"-lah kami pada pilihan hirarki
air susu no.5 #iykwim, dua kali pemberian. Alhamdulillah, sebab melihat seorang
teman yang menggunakan ASI donor (credit goes to Kak Yusni Zahara dan Bang
Saiful Akmal yang bayinya lahir sehari lebih cepat dari bayi kami), saya dan
bang @zulhadisahputra teringat akan kakakiparanda @nianizatrisna! Sebab sedang
dalam proses menyapih anaknya, ASI-nya masih ada meski tidak terlalu banyak.
Alhamdulillah Bilal jadi punya ibu susu. Kebutuhan ASI Bilal
untuk sementara terpenuhi sambil saya terus berusaha dan berdoa agar ASI segera
hadir. Dan dalam perjalanan ASI Eksklusif selanjutnya, berikut adalah hal-hal
yang menemani saya melaluinya.
Jadi kalau uda baca sedikit prolong sebelumnya, pasti paham
kan kenapa saya share tentang ini duluan. Iya, ilmu itu kudu diupdate jauh-jauh
hari bahkan kalau perlu sebelum punya anak/sebelum menikah. Alhamdulillah dapat
kado dari kakakiparanda Nianiza Trisna buku Catatan Ayah ASI, lumayan ringkas
dan compact yet full with knowledge and sharings from others. Infografisnya
juga banyak, jadi ga ngebosenin bacanya.
Lalu semua ilmu itu, jangan cuma dipegang secara saklek.
Atau kalau ga kita cuma akan tertekan jika kondisi tak diduga hadir. Pikirkan
skenario-skenario yang mungkin terjadi dan apa kira-kira jalan yang akan
ditempuh. Di situlah common sense dibutuhkan. Gunakan nurani, dengarkan suara
hati yang paling dalam. A good parenting is when you always try to listen to
the real situations and deal with them. And make sure those calls come from
enough knowledge ya!
Oh ya, imbauan ini bukan cuma buat bukibuk ya, pakbapak
jugak. Anak itu tanggung jawab berdua, bukan si emak doang.
"Benih"-nya kan dari dua orang, masa tugas ngurusin dan mendidiknya
cuma ke satu orang aja, kan ga adil. Harus sama pinternya, atau lebih kalau
perlu. Percayalah, bukibuk hamil dan melahirkan kadang untuk sementara waktu
bisa ga sanggup baca lama-lama buat update ilmu. Suami bisa bantu di situ.
Selalu senangkan hati istri agar produksi ASI makin lancar. Transfer duit
belanja lebih biar meski sedang "madeung" di rumah, belanja (baca :
online shopping) tetap jalan dan istri bahagia. :p
No comments:
Post a Comment